Penyempurnaan
kurikulum 2013 antara lain dilakukan pada standar isi yaitu mengurangi materi
yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik serta diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir
kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Penyempurnaan lainnya
juga dilakukan pada standar penilaian, dengan memberi ruang pada pengembangan
instrument penilaian yang mengukur berfikir tingkat tinggi. Penilaian hasil
belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong
peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
Selama
ini sebagian besar guru SD sasaran kurikulum 2013 cenderung masih mengukur
kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower
Order Thinking Skills/LOTS) dan soal-soal yang dibuat tidak kontekstual.
Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur keterampilan mengingat (recall). Bila dilihat dari konteksnya
sebagian besar menggunakan konteks di dalam kelas dan sangat teoretis, serta
jarang menggunakan konteks di luar kelas. Sehingga tidak memperlihatkan
keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran dengan situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
itu, hasil studi internasional Programme
for International Student Assessment (PISA)
menunjukkan prestasi literasi membaca (reading
literacy), literasi matematika (mathematical
literacy), dan literasi sains (scientific
literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia sangat rendah. Pada umumnya
kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam: (1) memahami informasi
yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat,
prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.
Kemampuan
guru SD dalam mengembangkan instrument penilaian berpikir tingkat tinggi perlu
ditingkatkan. Instrumen penilaian yang
dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian
peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu Direktorat Pembinaan SD menyusun Modul Penyusunan Soal HOTS bagi guru SD.
A.
Pengertian
Soal-soal
HOTS merupakan instrumen pengukuran
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate),
atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5)
menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang
berbasis HOTS tidak berarti soal yang
lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat
dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS
mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual,
konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan
menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan
masalah (problem solving), memilih
strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery)
metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah dinyatakan secara eksplisit bahwa capaian pembelajaran (learning
outcome) ranah pengetahuan mengikuti Taksonomi Bloom yang telah direvisi
oleh Lorin Anderson dan David Krathwohl (2001) terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan
pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada
pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟ pada Taksonomi Bloom
ada pada ranah C2 dan C3.
Dalam
konteks penulisan soal-soal HOTS,
kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila
untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis
informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan
keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6
(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan
masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Dimensi
pengetahuan yang dinilai beserta contohnya tampak dalam Tabel 3.12 ini (Anderson, et.al.,
2001).
No comments:
Post a Comment