BERBAGI ILMU

Translate

close

Monday, June 15, 2015

Keperawatan KELUARGA SEJAHTERA

Seperti telah kita pelajari bersama bahwa Allah menciptakan manusia terdiri laki-laki dan perempuan dengan segala perbedaan dan persamaannya.  Allah menciptakan manusia untuk menjadi mahluk yang unik.  Dalam keunikannya manusia diciptakan dalam jenis laki-laki dan perempuan, bukan hanya sekedar untuk meneruskan keturunannya.  Tetapi terutama untuk saling melengkapi dan saling menghormati.
            Saling melengkapi artinya setiap orang membutuhkan orang lain.  Perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuanlah yang menyebabkan kita saling membutuhkan.  Karena manusia saling membutuhkan, maka manusia harus saling menghargai.
            Lebih lanjut kita akan melihar beberapa fase dalam hubungan antar manusia :

1.         Persahabatan

            Ada banyak orang yang merasa bahwa ia tidak bisa mendapat teman karena keterbatasan fisiknya, akibatnya mereka berusaha merubah ciri-ciri fisik tersebut agar dapat diterima oleh orang lain.  Bahkan ada yang berusaha “membeli” temannya dengan menghamburkan uangnya untuk mengikuti semua kemauan temannya, memuji-muji dia, memberiu sanjungan dll.  Benarkah persahabatan yang demikian ?
            Hubungan persahabatan yang baik seharusnya ditandai dengan kepedulian yang tinggi.  Pepatah mengatakan “A friend in need is a friend indeed” artinya teman yang sejati adalah teman dalam kesusahan (Amsal 17:17).  Contoh Alkitab “Ayub” semua meninggalkan hanya tinggal sahabatnya Elifas, Bildad dan Zofar.  Mereka itupun malah membuat Ayub menderita dengan tuduhan-tuduhannya.
            Persahabatan yang baik seharusnya memungkinkan semua yang terlibat mampu mengatasi persoalannya sendiri, mengembangkan bakat dan kepribadiannya sehingga berguna bagi orang banyak.  Persahabatan jangan disamakan dengan solidaritas yang sering diartikan negatif.

Batas-batas persahabatan :
Ø   Mengenal norma-norma dan batas-batas
Ø   Menghargai kebebasan masing-masing
Ø   Membutuhkan keterbukaan, tetapi hati hati dengan keterbukaan John Powell menulis buku “Why I Am Afraid To Tell You Who I Am, akalau aku membuka diriku, maka aku menjadi rentan. Akupun berharap engkaupun menghargai kerentananku, karena hanya itulah yang aku miliki
Ø   Ada sifat timbal balik.
Ø   Amsal 13:20; 22:24.

2.         Berpacaran

            Berpacaran adalah konsep masyarakat modern.  Di masa lampau perkawinan biasanya diatur oleh pihak keluarga karena perkawinan bukan hanya masalah dua pribadi, melainkan berdampak luas kepada keluarga dan keseluruhan masyarakat sekitarnya.

Berpacaran dalam iman Kristen, berpacaran adalah suatu proses di mana seorang laki-laki dan perempuan menjajaki kemungkinan adanya kesepadanan antara mereka berdua dan baru dapat dilanjutkan ke jenjang berikutnya.

Batas-batas berpacaran :
Ø   Keterbatasan pergaulan dalam diri mereka.
Ø   Mempunyai kebebasan untuk berganti pikiran
Ø   Adanya keterbukaan.


3.         Pertunangan (Pra nikah)

            Adalah suatu masa yang lebih mendalam daripada masa pacaran.  Pada masa ini pasangan biasanya sudah tiba pada tahap perencanaan yang lebih matang untuk memasuki kehidupan berkeluarga.  Masa ini juga masa yang paling serius untuk menentukan apakah hubungan itu dilanjutkan atau diakhiri.  Karena itu sebaiknya masa pertunangan diisi dengan pengenalan yang lebih mendalam (Kej 29:1-30 contoh bagaimana Yakub melamar Rahel).


Proses pemilihan

            Proses pemilihan pasangan hidup berarti penelusuran langkah-langkah kegiatan yang ditempuh manusia untuk menentukan pasangan hidup yang sesuai dengan harapan.

A.          Pemilihan terikat

1.            Pilihan adat,  dalam kehidupan suku, pemilihan pasangan hidup telah diatur oleh adat, sehingga dapat dikatakan bahwa para muda-mudi tidak mempunyai hak pilih.  Lembaga adat seperti ini memperkecil ruang pilihan yang berarti pula mempersempit kesempatan untuk mendapatkan pilihan yang cocok, yang merupakan prasyarat bagi bertumbuhkembangnya kualitas hidup keluarga yang diharapkan.
2.            Pilihan orang ketiga, dalam hal ini adalah orang tua sendiri.  Ini biasanya salah satu dorongan untuk mempertahankan kekayaan dan kedudukan sosial.  Disini kasih yang banyak didambakan sebagai dasar bagi ikatan perkawinan diremehkan.




B.     Pilihan bebas

         Segala sesuatu berubah termasuk manusia.  Perubahan itu berproses baik secara alamiah maupun disengaja.  Manusia dengan kemampuan cipta (pikir) rasa dan karsa (kemauan) menjadi pusat dari perubahan itu.
         Demikian pula dibidang peradaban.  Peranan tradisi makin memudar karena manusia ingin bebas, bebas melakukan apa yang dikehendakinya termasuk bebas memilih pasangan hidup.  Pernyataan yang sering diungkapkan anak muda adalah “sayalah yang akan menikah bukan bapak atau ibu”.  Pada umumnya proses pemilihan pasangan hidup mengikuti beberapa tahap :

1.      Penginderaan, adalah satu proses pengamatan manusia terhadap lingkungannya melalui alat-alat indera.  Melalui panca indera kita memperoleh persepsi/tanggapan.  Sedangkan persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,cita-cita untuk masa depan serta fantasi tentang hal-hal yang bakal terjadi.
Salah satu unsur kejiwaan yang turut menentukan persepsi adalah naluri atau dorongan yang berpusat di bawah ambang kesadaran manusia.


 


            Kesadaran
 


                                 Mengarahkan
 


                          Memilih calon            Proses seleksi              Menemukan pilihan                                 
 


                                  Menggerakkan
 


            Naluri


2.      Ketertarikan, ini lebih berhubungan dengan penampilan.  Karenanya ada ketertarikan naluriah yaitu karena pertumbuhan alami dan lebih bersifat jasmani, misalnya rambut, wajah yang manis, pinggang yang ramping, kulit yang halus, payudara yang montok dsb.  Serta ketertarikan rasional yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis misalnya sikap, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan dan asal-usul.

3.      Pendekatan,  hasil penginderaan bersama pilihan berdasarkan ketertarikan akan menjadi berarti bila disusul dengan pendekatan.  Tanpa pendekatan penginderaan dan pilihan berdasarkan ketertarikan akan hilang atau menjadi kenangan.  Adapun tahap-tahap pendekatan adalah :

a.             Kenalan, perkenalan adalah keadaan mengetahui seseorang yang dapat diajak berdialog tanpa keakraban.
b.            Berteman, perkenalan yang diikuti dengan pertemuan-pertemuan maka tingkat interaksi akan menjadi berteman.  Teman adalah adalah orang yang biasanya diharapkan kebersamaannya dalam kegiatan tertentu baik kelompok maupun pribadi.
c.             Persahabatan, dimana keduanya saling menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi, saling menolong dalam kegiatan masing-masing, saling memperhatikan kepentingan pribadi masing-masing dan saling berbagi rasa.
d.            Kawan tetap, tahap ini didominasi oleh saling menyukai yang kuat sekali hingga timbul kemesraan.  Kemesraan hanya dialami oleh pasangan yang saling jatuh cinta.  Di sini kehadiran pasangan sangatlah dirindukan, inginnya berduaan saja.  Pada saat ini dialog menjadi asyik dan nikmat.
e.             Pertunangan, sebenarnya pada tahap kawan tetap adalah pertunangan informal, mereka berikrar bersama untuk memasuki ikatan perkawinan.  Ikrar inilah yang perlu disampaikan kepada orang tua untuk mendapatkan persetujuan serta dibicarakan tanggal pernikahannya.


4.         Pernikahan Kristen

            Mengapa menikah ? karena tuntutan masyarakat, agar dianggap lebih dewasa.
Pernikahan bukanlah untuk menghasilkan keturunan (prokreasi) melainkan wadah untuk mengembangkan kepribadian yang lebih utuh (Kej 2:24; 1 Kor 7:3-4)
Yoh 2:1-11 menulis mujizat pertama yang dilakukan Yesus adalah pernikahan di Kana. 
Mat 19:6, Markus 10:9 menulis apa yuang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan menikah :
Ø   Aspek fisik, mencari jodoh jangan hanya didasarkan pertimbangan-pertimbangan dari segi penampilan fisik.
Ø   Aspek psikologis, cari yang dewasa secara mental kejiwaan (psikologis)
Ø   Aspek ekonomi, jangan menjadi beban (Lukas 14:28-30)
Ø   Aspek kemasyarakatan, pernikahan dicatat dan diatur oleh hukum kemasyarakatan.


Refleksi Alkitabiah

         Alkitab mencatat tentang pemilihan pasangan hidup dalam Kejadian 24.  Di sini dapat kita simpulkan ada beberapa azas pemilihan pasangan hidup.

Ø   Azas kehendak Allah, azas ini hendaklah menjadi azas yang paling utama.  Kehendak Allah hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang dekat dengan Allah.  Tetapi Roma 3:10 berkata “semua manusia berdosa” dan dosa adalah pelanggaran hukum Allah (1Yoh 3:4) karena itu tidak mungkin kita dapat mengerti kehendak Allah.  Satu-satunya jalan adalah kita harus bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat .  jika hubungan kita dengan Tuhan berkembang indah, maka tidak usah bertanya-tanya kita selalu mendapat petunjuk atau ilham untuk mengetahui dan memahami kehendak Allah dalam kehidupan kita.  Kalau pemuda ditanya kenapa mau menikahi dia alasannya pasti karena saling cinta.  Tetapi perhatikan Kej 24:7 & 67
Ø   Azas kesamaan wawasan hidup, wawasan hidup adalah keseluruhan nilai-nilai kekristenan yang mengatur dan mengendalikan dan mengarahkan kehidupan manusia.  Nilai-nilai ini terbentuk melalui pengetahuan tentang firman Allah, pengalaman.  Karena itu untuk menjadi orang Kristen yang baik, maka kita perlu memilih pelajaran dan pengalaman yang dapat memupuk kehidupan kekristenan.  Bila nilai-nilai itu kuat, dia tidak akan pernah ditundukkan sebaliknya dia mampu menundukkan orang lain.
Ø   Azas hubungan kekerabatan, yaitu hubungan antara anak dan orang tua dan saudara (kakak beradik).  Pemilihan pasangan hidup hendaknya mendapatkan persetujuan dan restu dari orang tua dan dukungan dari saudara-saudara.
Ø   Azas ketepatan waktu, dalam memilih pasangan hidup tidak boleh tergesa-gesa.  Perlu disediakan ruang dan waktu untuk mendengar suara Tuhan.
Ø   Azas  moralitas,  perkawinan adalah rancangan Allah sendiri, karena itu kesuciannya haruslah dipelihara dan dijaga jangan sampai ternoda oleh hubungan yang melampaui batas yang diperkenankan oleh moral.  Godaan yang menyimpang hanyalah dapat ditundukkan dengan memperkuat nilai-nilai hidup kekristenan (Kej 24:16)
Ø   Azas kecantikan,  kita jujur pasti tertarik dengan kecantikan fisik karena manusia mahluk artistic.  Dalam azas ini kecantikan lebih diartikan dari segi ketertarikan dan kecocokan.  Memilih pasangan hidup tidaklah memilih  tubuhnya melainkan pribadinya, pribadi yang berkenan kepada Tuhan.
Ø   Azas upaya yang suci,  Allah turut berperan dalam proses pemilihan calon pasangan hidup,


5.         Keluarga

            Keluarga adalah lembaga yang terkecil dalam masyarakat kita dan Alkitab menyoroti keluarga sebagai suatu lembaga yang sangat penting,  Bukan hanya itu Alkitab juga menuliskan bahwa sebuah keluarga adalah rancangan Allah sendiri (Kej 1:27-28). Bahkan Kejadian 2:21-24 lebih jelas digambarkan bagaimana Allah memberkati sebuah keluarga, sehingga tidak kebetulan bila Alkitab mencatat bahwa mujisat yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah dalam pembentukan keluarga baru (Yohanes 2:1-11).


Perwujudan hubungan suami istri yang harmonis

            Pada umumnya perkataan “wanita” atau “perempuan” mengandung pengertian lemah, kurang sungguh-sungguh dan emosional.  Wanita atau perempuan itu adalah mahluk yang lemah, karenanya banyak bergantung pada pria.  Dia adalah mahluk yang emosional atau yang lebih banyak dikuasai oleh emosi, sehingga sejalah dengan emosinya yang tidak tetap, sikapnya berubah-ubah dari waktu kewaktu.  Itulah anggapan umum dari dunia yang berdosa.
            Sehingga tidak heran bila kemudian kaum pria menempatkan kaum wanita dalam kedudukan yang setingkat lebih rendah.  Kecenderungan ini mengakibatkan timbul ungkapan “akh dia Cuma wanita” atau “dasar wanita” ini terpancar dari sikap yang meremehkan.
            Persepsi yang menyimpang dapat terjadi pula ketika kita membaca frasa “penolong yang sepadan” dalam Kej 2:18.
Padahal kata penolong mempunyai konotasi yang esensial, yang hakekat, yang mutlak harus ada, karena tanpa penolong itu perkawinan atau keluarga itu tidak mungkin terbentuk.  Bandingkan kata penolong disini dengan Kel 18:4,  maz 46:2 atau Kisra 26:22-23.  Penolong disini bukanlah sampingan yang kurang berarti dan dapat ditiadakan.  Tanpa penolong Musa tidak dapat menyelamatkan diri dari pedang Firaun, tanpa penolong Daud tidak akan mampu melepaskan diri dari kungkungan kesesakan dan tanpa penolong Paulus tidak dapat menyelamatkan diri dari berbagai aniaya yang harus dilalui.
            Penolong sebagai pasangan hidup yaitu istri tidaklah berarti ia melebihi atau mengatasi suami.  Karena itulah kenapa Allah membentuk perempuan itu untuk menjadi istri yang disebut sebagai penolong yang sepadan, penolong yang tidak lebih rendah atau lebih tinggi daripada suaminya.
            Kesederajatan itu dilambangkan pula oleh bahan baku untuk membentuk perempuan, yaitu “rusuk” dari suaminya.
Perempuan dibentuk
Tidak dari tulang kaki
Untuk diinjak-injak pria
Tidak dari tulang kepala
Untuk menguasai pria
Tetapi
Dari tulang rusuk
Yang dekat di hati
Untuk dirangkul dan dikasihi.

            Pemahaman tentang kesederajatan hubungan antara suami dan istri adalah dasar yang sangat kuat untuk mengembangkan kehidupan yang bertanggung jawab.  Tidak ada istilah wanita hanya untuk melahirkan anak, tugasnya hanya di dapur apalagi wanita hanyalah pemuas nafsu seks pria.  
            Dalam hubungan perkawinan kata “tunduklah dan kasihilah” menjadi kata yang pokok (Efesus 5:22-23). Hubungan suami dan istri dianalogikan dengan hubungan antara Kristus dan jemaat (24).  Istri tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan.  Demikian juga suami mengasihi istri sebagaimana Kristus mengasihi jemaat  (25).  Bila ada masalah ingat Mazmur 37:5.


Ditinjau dari segi istri.
            Hubungan suami istri yang harmonis sangat bergantung kepada pengertian kedudukan suami dan istri menurut Alkitab, dan bagaimana baik suami maupun istri menempatkan diri sesuai dengan pengertian itu.
            Kedudukan suami dan istri Kristen diungkapkan dalam firman Tuhan , “Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.  Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.  Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:21-23, 25).  Titik tolak ungkapan firman Tuhan adalah kesediaan suami dan istri untuk merendahkan diri di hadapan Kristus.  Sama seperti ketaatan istri kepada suami diukur dengan ketaatan Kristus kepada Bapa-Nya, demikian sang suami dalam kasihnya kepada istri diukur dengan kasih Kristus kepada jemaat-Nya.  Kalau kedudukan suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai penolong suami dan ibu rumah tangga dapat diwujudkan tanpa suami menjadi dictator dan istri menjadi pemberontak.
           
Dengan pengertian ini sumbangan sang istri kepada perwujudan hubungan suami-istri yang harmonis adalah :
Ø   Penolong dan pelengkap suami,  sebagai penolong dan pelengkap suami, sang istri belajar memberi nasihat dengan cara yang tepat, waktu yang tepat dan sikap yang tepat.  Oleh sebab itu menjadi tugas seorang istri untuk mempelajari suaminya agar menemukan bagaimana ia dapat melayani kebutuhan-kebutuhan itu secara optimal (Amsal 31:10 – 31).
Ø   Penghibur dan penguat suami,  sang istri belajar dari Penghibur Agung, ialah Roh Kudus.  Tugas seorang istri berdekatan dengan tugas Roh Kudus yang dalam salah satu aspek pelayanan-Nya menghibur, menolong dan menguatkan orang-orang percaya (Yoh 14:16; 15:26).  Oleh sebab itu cara Tuhan menghibur nabi Elia yang putus asa dapat menjadi contoh bagi istri untuk menghibur suaminya (1 Raja-Raja 19:4-7).  Dalam hal ini istri haruslah berbesar hati bila pelayanan yang dilakukannya dianggap sepi-sepi saja oleh suami, karena kadang-kadang suami yang depresi menjadikan dia  tidak tahu berterima kasih. 
Ø   Penerima dan pendamping suami,  sebagai penerima dan pendamping suaminya sang istri belajar menerima dan menghargai watak suami yang berbeda, sama seperti Kristus telah menerima kita untuk kemuliaan Allah (Roma 15:7).  Ucapan “Andaikata saya tahu begini ….” Sangat tidak menolong upaya mencapai keharmonisan rumah tangga.  Peran istri sebagai teman dan pendamping suami juga digarisbawahi firman Tuhan (Maleakhi 2:14).
Ø   Penghormat dan pemuji suami,  sang istri belajar memberi penghargaan, pujian dan hormat kepada suaminya (Efesus 5:33).  Kebutuhan eksistensial seorang laki-laki adalah pujian dan penghargaan, bukan supaya ia enjadi sombong, melainkan supaya kelaki-lakiannya berkembang (Efesus 5:33).  Mungkin Tuhan tidak menemukan sesuatu yang positif dalam diri kita, tetapi Tuhan tetap menghargai jiwa kita, hingga Ia mati di salib untuk kita.  Kita perlu mengikuti jejak-Nya.  Jangan pertahankan “gengsi” tetapi kembangkan budaya berterima kasih, menghargai dan memuji.
Ø   Penurut dan pendukung suami,  sebagai penurut suaminya, sang istri belajar menaklukkan diri kepada suami seperti kepada Tuhan.  Alkitab menempatkan istri di bawah paying perlindungan suami dan juga di bawah kepemimpinan dan kasih suaminya.  Kepala istri adalah suami.  Namun Alkitab langsung menambahkan bahwa kepala suami adalah Kristus dan kepala Kristus adalah Allah (1 Kor 11:3).  Istri tunduk pada suami (Efesus 5:22) kadang sudah dianggap kuno, tetapi banyak masalah pernikahan masa kini yang berakhir perceraian yang berakar dari sini.  Bagaimana dengan istri yang mempunyai suami yang belum bertobat ?  Firman Tuhan menggariskan istri yang percaya tunduk kepada suami (1 Petrus 3:1-2).
Ø   Pencinta suami,  sebagai pencinta suami, sang istri belajar menyediakan waktu, suasana dan keadaan lahiriah yang baik untuk mencurahkan cinta kasihnya dalam kemesraan hubungan suami istri.
Ø   Pembimbing rohani suami, dalam keadaan yang luar biasa istri belajar memenangkan suaminya yang tidak rohani dengan kelakuan yang diuraikan dalam 1 Petrus 3:1 – 2.  Dalam pernikahan kadang suami tidak berfungsi sebagai imam bagi keluarganya.  Kalau sang istri menggantikan status tersebut, dia harus bertindak dengan hikmat dan rendah hati.khususnya sama sekali tidak bijaksana kalau ia menjadi pengkotbah kepada suaminya atau mengajak  dan mendorong suaminya supaya bertobat.  Menurut Petrus sikap dan pembawaan diri dalam hidup sehari-hari sewaktu-waktu dapat ditambah dengan kesaksian mulut akan memenangkan suaminya (1 Petrus 3:4).  Aktivitas rohani sang istri tidak boleh melalaikan tugasnya sebagai istri dan ibu.


Ditinjau dari segi sang suami.

            Suami adalah kepala istri, ia memimpin rumah tangga.  Tetapi firman Tuhan menambahkan, ia juga harus mengasihi istri (Efesus 6:23, 25).  Maka sebagai kepala ia memimpin dan mengasihi.  Kalau sang suami memimpin tanpa mengasihi, keluarga akan menderita dan hancur karena suami memimpin secara diktatoris.  Sebaliknya kalau suami mengasihi tanpa memimpin, keluarga juga menderita karena kekosongan kepemimpinan kepala keluarga akan menjadikan istri dan anak-anak berusaha untuk mengisi kekosongan itu.

Ø   Suami, kasihilah roh istrimu, bertanggung jawab atas perkembangan iman dan kehidupan rohani.
Ø   Memimpin untuk berdoa bersama, dengan demikian hubungan mereka dengan Tuhan dan perkembangan iman akan dibina terus.
Ø   Membaca alkitab bersama.
Ø   Memimpin istri untuk melayani Tuhan bersama-sama,







Keluarga berencana

Seks itu kudus.

Tuhan semesta alam kudus (Yes 6:3).  Kekudusan-Nya tidak terbatas.  Demikian juga seks yang menjadi pengemban tujuan penciptaan manusia adalah kudus dan suci adanya.  Bukankah hanya melalui seks sajalah tujuan perkawinan untuk beranak cucu dapat dicapai ?
Kekudusan seks itu mengandung pengertian secra positif adalah sesuai dengan kehendak dan rancangan Allah.  Kekudusan seks hanya dapat dipelihara bila diserahkan bulau-bulat kepada kehendak dan rancangan Allah, sehingga melalui anugerah Kristus Yesus, kuasa Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjaga kekudusan seks.
Allah telah mengaruniakan seks kepada manusia sesuai dengan rancangan-Nya waktu menciptakan manusia.  Janganlah mempermainkan seks menurut dorongan nafsu yang berdosa.  Jagalah kesucianmu sampai tiba saatnya Tuhan yang mengasihi engkau menyediakan pasangan hidup yang abadi bagimu.

            Keluarga berencana adalah bagian dari perwujudan kasih suami kepada tubuh istrinya, meskipun ada kecenderungan bahwa para suami menyerahkan masalah KB sepenuhnya kepada istri.  Padahal seharusnya diperlukan pertukaran pikiran yang luas mengenai KB dan metode mana yang sebaiknya dijalankan.
            Alkitab mengajarkan bahwa buah kandungan merupakan mahluk manusiawi, proses pembentukannya terjadi oleh tangan Tuhan dan di bawah mata Allah (Yer 1:5).  Suami istri menjalankan KB bersama-sama dalam tanggung jawab kepada Allah.  Suami harus memperhatikan istrinya yang lebih lemah (1 Petrus 3:7).  Suami dan istri bertanggung jawab atas kesejahteraan anak-anak (Efesus 6:4)

Beberapa metode KB :

Ø   Metode Simpto thermal, secara alamiah dengan menghitung masa subur dan tidak subur.
Ø   Metode kontrasepsi hormonal (dalam bentuk pil, susuk dan injeksi)

Ø   Metode intra utyerine Device (IUD, spiral)

No comments:

Post a Comment

>