BERBAGI ILMU

Translate

close

Monday, June 15, 2015

PROPOSAL KTI Keperawatan REMAJA PUTRI TENTANG RESIKO KANKER SERVIK

Judul

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG RESIKO KANKER  SERVIK TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMK PGRI 2 BANTUR

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

            Salah satuisu penting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia internasional Conference Population and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Isu ini di angkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya berbagai masalah reproduksi yang dihadapi di masa kini. Saat ini kita sering dihadapkan dengan umur rata rata remaja yang menikah di bawah usia antara 14-19 tahun. (widyastuti dkk, 2009).
Perkawinan usia muda dibawah 20 tahun beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular lainnya.
Kanker serviks(disebut juga dengan kanker  leher  rahim  atau  kanker mulut  rahim)  adalah salah  satu penyakit yang ganas di  bidang kebidanan dan  penyakit kandungan  yang  masih  menempati posisi  tertinggi  sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).
            Berdasarkan  hasil  survey  kesehatan  oleh Word Health Organitation (WHO),  pada tahun 2010 yang lalu, dilaporkan bahwa kejadian kanker serviks di dunia sebesar 500.000 kasus baru. Sedangkan di Indonesia sendiri kejadian kanker serviks ini dilaporkan sebesar 20-24 kasus  kanker serviks baru setiap harinya. Sebagai contoh kejadian yang ada di Indonesia adalah kejadian kanker serviks di Bali dilaporkan telah menyerang  sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010. Sebuah angka yang cukup besar dan ini benar-benar patut kita waspadai sebagai orang Indonesia.
Dari kasus-kasus di atas ada sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Inilah yang mengharuskan kita berhati-hati. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Dengan adanya pernyataan ini maka khusus untuk kaum hawa yang ada di Indonesia agar lebih waspada dan berusaha untuk mencegah kanker serviks sedini mungkin.
Kanker serviks ini sangat berbahaya sekali, karena kanker serviks muncul tak terduga. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut baru kanker rahim ini bisa di deteksi. Jadi, alangkah baiknya mencegah terlebih dulu baru mengobati. Sampai sekarang kanker serviks masih merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di Negara berkembang. Tingginya angka kematian ini adalah karena penyakit ini tidak mempunyai ciri yang khas. Untuk mengurangi kejadian-kejadian ini maka dapat dilakukan program pencegahan-pencegahan seperti deteksi dini, namun hal ini masih jarang dilakukan khususnya di negara berkembang.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Widya Dharma Turen, wawancara dilakukan terhadap 10 siswi terdapat 7 siswi belum mengerti tentang dampak pernikahan dini terrhadap resiko terjadinya kanker servik. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari bagian kesiswaan, setiap tahunnya terdapat siswa yang dikeluarkan karena hamil di luar nikah dan melakukan pernikahan usia dini.
Berdasarkan kondisi diatas maka penulis dalam penelitian ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan remaja tentang resiko kanker servik pada pernikahan dini di SMK Widya Dharma Turen.

1.2 Indikator Penelitian
1.      Tingkat pengetahuan remaja tentang dampak dari pernikahan dini
2.      Tingkat pengetahuan remaja tentang resiko kanker servik
3.      Resiko kanker serviks pada pernikahan dini



1.3 Rumusan Masalah

            Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti :
1. Bagaimana pengetahuan remaja tentang perkembangan alat reproduksi
2. Bagamaina pengetahuan remaja tentang resiko kanker serviks
3. Bagaimana pengetahuan remaja tentang resiko ca servik pada pernikahan dini.

1.4 Tujuan
            1.4.1 Tujuan Umum
                        Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putrei tentang resiko kanker serviks terhadap pernikahan dini di SMK Widya Dharma Turen.
            1.4.2 Tujuan khusus
a)      Menganalisa tingkat pengetahuan remaja putri tentang perkembangan alat reproduksi di SMK Widya Dharma Turen
b)      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko kanker servik di SMK Widya Dharma Turen
c)      Menganalisa tingkat pengetahuan remaja tentang resiko kanker servik pada pernikahan dini di SMK Widya Dharma Turen


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan   penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca  indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman,  rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).  (Pengertian Pengetahuan Menurut Para Ahli)
              Definisi Pengetahuan - Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).

Tingkat Pengetahuan 
              Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu : 
   a). Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.
   b). Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
   c). Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
  d). Analisis (analysis)
Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.
  e). Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.
  f). Evaluasi (evaluation)
            Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria     yang ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya. (http://anakdankeluarga.blog.com)

Pengukuran Pengetahuan 
Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau  angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Cara Memperoleh Pengetahuan 
Menurut Soekidjo (2005) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu :
Cara Tradisional atau Non Ilmiah
    
a.  Cara coba salah (Trial and error)
             Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja.
         Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b.  Cara kekuasaan atau otoritas
          Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang ditemukannya adalah sudah benar.

c.  Berdasarkan pengalaman pribadi
               Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d.  Melalui jalan pikiran
              Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mempu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

e. Cara Modern atau Cara Ilmiah
            Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

·         Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.      Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir. Masa menopause merupakan masa peralihan dari masa haid sampai masa berhentinya haid, berlangsung antara usia 30-46 tahun (Depkes, 2007).
2.      Pendidikan
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.
3.      Pekerjaan
            Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam khidupan sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan yang diemban, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh (Hurlock, 1998).

2. Remaja
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”. Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
  Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat  Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase.
1.  Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56). Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.
2. Fase Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
1)      Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
2)      Terjadi perubahan fisiologis.
3)      Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
4)      Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
5)      Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6)      Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
 3.        Fase Remaja Akhir
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalaheconomicallyintelectually, dan emotionally self sufficient.
 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
  1. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah :
  1. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
  2. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
  3. Perubahan distribusi otot dan lemak
  4. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).
  1. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
  1. Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas moral.
 Ciri Khas Remaja
1. Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a)      Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b)      Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)      Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d)     Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)      Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a)      Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b)      Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c)      Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d)     Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)      Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f)       Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g)      Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h)      Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)      Merasa senang dan aman.
b)      Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c)      Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d)     Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e)      Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
  1. 2.        Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.

  1. 3.        Keingintahuan  tentang seks yang tinggi
Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa perkembangan manusia lainnya.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31). Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).
  1. 4.      Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan.
Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.
2.2    Teori-Teori Perkembangan Remaja
  1. a.        Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu teori yang berdasarkan pada penganalisaan psikologi seseorang. Ahli teori psikoanalitik menegaskan bahwa pengalaman pada masa dini dengan orang tua akan sangat membentuk perkembangan seseorang khususnya remaja. Ciri-ciri tersebut dipelajari dalam teori psikoanalisa yang utama, yaitu dari Sigmund Freud. Asmadi (2004:103) mengatakan bahwa, menurut Freud, struktur kepribadian manusia terdiri atas aspek Das Es (The Id), Das Ich (The Ego), dan Das Ueber Ich (the super ego).
Dari teori besar Freud yaitu id, ego, dan superego, Freud percaya bahwa dipenuhi oleh ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan informasi dalam pikiran tidak sadar mereka. Ia juga mengatakan bahwa tingkah laku yang sekecil apapun mempunyai makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik tingkah laku tersebut ditampilkan.
Cara ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan kekangan dari superego yaitu dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense mechanisme), artinya istilah psikoanalisa ini untuk metode yang tidak disadari ego merusak realitas dan karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Menurut Freud tahap permulaan dari perkembangan kepribadian, sebagai berikut :
a)      Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan pertama, dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
b)      Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 1,5 dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang berhubungan dengan anus.
c)      Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 3 sampai 6 tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki. Artinya kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan kesenangan.
d)     Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 6 tahun dan pubertas, anak menekan semua minat seksual dan mengembangkan keterampilan intelektual dan sosial.
e)      Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada masa pubertas. Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya. Remaja berada pada tahap ini.
  1. b.   Teori Psikososial
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai perkembangan dari teori psikoanalisis Freud. Erik Erikson mengatakan bahwa tahap perkembangan individu selama hidupnya dipengaruhi oleh interaksi sosial yang menjadikan individu menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :
a)      Percaya versus tidak percaya (trush versus mistrush) adalah tahap psikososial Erikson yang dialami dalam tahun pertaa kehidupan. Rasa percaya tumbuh dari adanya perasaan akan kenyamanan fisik dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan tentang masa depan.
b)      Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).
c)      Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt) adalah tahap perkembangan yang terjadi selama masa persekolahan.
d)     Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap perkembangan yang tejadi kira-kira pada usia sekolah dasar.
e)      Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion) adalah tahap perkembangan yang dialami individu selama masa remaja. Pada masa ini individu diharapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam kehiupannya.
f)       Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap perkembangan yang dialami individu selama masa dewasa awal. Pada masa ini individu menghadapi tugas perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.
g)      Generativitas versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa tengah.
h)      Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa akhir.
  1. c.       Teori Kognitif
Apabilateori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori pemrosesan informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan. Piaget juga menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan gagasan-gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat tahapan dari Piaget adalah sebagai berikut :
a)      Tahap sensorimotorik (sensoriotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai kira-kira 2 tahun. Pada tahap ini, anak mengkonstruksikan mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik.
b)      Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar-gambar.
c)      Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari kira-kira 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggatikan pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh atau konkrit
d)     Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang actual dan konkrit, dan mengubah cara berpikir tentag perkembangan berpikir anak dan remaja.
  1. d.      Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Ahli teori ini juga akan menyatakan bahwa alasan untuk rasa ketertarikan remaja terhadap satu sama lain tidak disadari, remaja tidak menyadari bagaimana warisan biologis mereka dan pengalaman hidup pada masa kecil telah berperan dalam mempengaruhi kepribadian mereka di masa remaja.
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran, yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog Amerika Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar social kontemporer yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi (modeling atau imitasi), kita secara kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil tingkah laku tersebut. Model belajar dan perkembangan yang paling mutakhir mencakup tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan pada pentingnya penelitian empiric dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini memfokuskan pada proses-proses yang menjelaskan perekembangan faktor social dan kognitif yang mempengaruhi menjadi manusia seperti sekarang ini.
3. Pernikahan
Pernikahan atau adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatanperkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukumagama tertentu pula.
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani.Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan.

b. Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia dibawah tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah mengenah atas. Jadi, sebuah pernikahan disebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masih berusia dibawah 18 tahun (masih berusia remaja)
Dalam Undang-Undang Perkawinan terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Faktor factor pernikahan dini
1. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
Disini, terasa betul makna dari wajib belajar 9 tahun. Jika asumsi kita anak masuk sekolah pada usia 6 tahun, maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati, anak tersebut sudah berusia 15 tahun. Di harapkan dengan wajib belajar 9 tahun (syukur jika di kemudian hari bertambah menjadi 12 tahun), maka akan punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka pernikahan dini.
2. Faktor Pemahaman Agama.
Saya menyebutkan ini sebagai pemahaman agama, karena ini bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan. Saat mejelishakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling sms dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab membiarkan anak tetap berzina.
3. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu kesalahan yang besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik.
4. Hamil sebelum menikah
Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua menikahkan anak gadis tersebut.

4. Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Sedangkan kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi dan proses. 
Pengertian kesehatan reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut: 1) Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi; 2) Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya; 3) Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural; 4) Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.

Kesehatan Reproduksi Remaja

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagikesehatan repoduksi yaitu :
1.      Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2.      Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
3.      Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
4.      Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).
5. Resiko kanker servik pada pernikahan dini
Pernikahan dini salah satu penyebab utama terjadinya kanker leher rahim pada wanita.  Perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Pada masa transisi (remaja, Red) sel-sel leher rahim belum matang, rawan akan terjadinya infeksi saat berhubungan suami istri. Tidak itu saja, terlalu sering melahirkan, kontrasepsi oral jangka panjang dan kurangnya perawatan kebersihan juga berpeluang terkena serviks.
Sebenarnya, kanker leher rahim sendiri dapat dihindari oleh kaum wanita dengan melakukan pemeriksaan secara rutin untuk deteksi dini. Sebagai upaya pencegahan sekunder. Serta melakukan vaksinasi HPV sebagai upaya pencegahan primer.
Kanker leher rahim dapat disembuhkan asalkan ditemukan pada stadium dini. Kenyataan yang terjadi kasus serviks ditemukan pada stadium lanjut. Sehingga sulit disembuhkan, bahkan berujung pada kematian.


2.5 Kerangka Konsep

Remaja
Faktor penyebab pernikahan dini :
·         Faktor pendidikan
·         Faktor Pemahaman Agama
·         Faktor telah melakukan hubungan biologis
·         Hamil sebelum nikah

Pernikahan Dini
Pengetahuan remaja putri mengenai kesehatan reproduksi
Pengetahuan remaja putri mengenai Resiko kanker serviks
·         baik
·         Cukup
·         Kurang
·         Sangat kurang
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Umur
2. Pendidikan
3. pekerjaan
 

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Rancangan Penelitian
Metode berasal dari kata methodos. Pengertian secara sederhana adalah suatu cara untuk kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Sukanto dan Sutimah, 2005).
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu pengetahuan (Kamisa, 368:1997).
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “Reseacrh” berasal dari kata “re” yang berarti “kembali” dan “to seacrh” yang berarti “mencari”. Dengan demikian arti sebenarnya adalah mencari kembali. Sedangkan menurut tim editor metode penelitian sosial penelitian (reseacrh) adalah kegiatan untuk mencari, memata-matai dan menemukan pengetahuan dari “lapangan” yang dapat dipertanggung jawabkan menurut kaedah-kaedah ilmiah tertentu, bukan mencari kebenaran nomatif yang semata-mata hanya dituntun oleh cara berpikir deduktif (Sukanto dan Sutimah, 2005).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang, dengan mengumpilkan data, menyusun, menganalisa dan memprestasikan data dan selanjutnya menarik kesimpulan. Pengambilan data dilakukan dengan cara teknik survei yaitu wawancara langsung dengan responden dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, (Nazir 1983:9).
3.2    Metode  Peneltian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berusaha mengungkapkan kenyataan social secara keseluruhan, utuh dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan.
Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis ataupun lisan dari masyarakat atau perilaku yang dapat diamati. Metode deskriptif digunakan dalam penulisan proposal untuk mendapatkan gambaran secara sistematis actual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena – fenomena yang sedang di selidiki untuk di analisis dan di interprestasikan dengan tepat.
3.3   Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Widya Dharma Turen
3.4    Metode  Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Observasi atau Pengamatan Lapangan
      Observasi adalah suatu kegiatan mengamati dan mencatat dalam rangka pengumpulan data – data yang diperlukan. Sedangkan secara konsep, metode observasi adalah pengamatan dan pendengakatan dengan sistematika fenomena – fenomena yang diselidiki. Observasi juga merupakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indra.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar. Peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian.

2)      Wawancara
Wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden. Metode wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi, serta mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan informasi – informasi yang penting.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin ialah pewawancara mengkombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin. Pelaksanaan wawancara ini dilakukan dengan tujuan informan yang diwawancarai dapat memberikan jawaban secara bebas dan terperinci. Agar proses wawancara tidak terlalu jauh menyimpang dari masalah penelitian yang telah ditentukan, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan melakukan wawancara tersebut.
Selain pewawancara mengamati kehidupan responden dilakukan pula teknik snowball, yaitu dengan cara mencari informasi kunci yaitu orang dianggap mengetahui permasalahan yang akan diteliti dan sekaligus membantu peneliti masuk ke dalam masyarakat. (Soekartono. 1999: 3-6). Informasi kunci adalah orang – orang yang dapat memberikan penjelasan secara lengkap sebagai petunjul lebih jauh dalam pengumpulan data.
3)      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan menghimpun dokumen – dokumen atau data – data yang relevan, biasa bentuknya benda, tulisan, gambar, literatur, prasasti dan lain – lain.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan metode dokumentasi ialah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mencari data yang berupa catatan transkrip maupun berupa data – data penting. Metode dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang penulis butuhkan dalam penelitian ini tentunya informasi – informasi yang berkaitan dengan peran keluarga terhadap pendidikan.
3.5    Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan secara berkesinambungan dalam arti dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejak awal hingga akhir pengambilan data, memilah – milah data untuk menggolongkan yang sejenis, kemudian dimasukkan dalam analisis data.
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data. Tujuan dari menganalisis data adalah untuk membatasi penemuan – penemuan sehingga nanti menjadi suatu data yang teratur serta tersusun lebih sistematis dan lebih bermakna. Jadi, proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang rumusan dan hal – hal yan diperoleh didalam penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah melakukan pengamatan, pemahaman, kemudian menyimpulkan hasil pengamatan tersebut sehingga akan ditemukan suatu permasalahan atau gejala – gejala yang sedang dihadapi di lokasi penelitian. Peneliti menggunakan metode ini untuk memberikan gambaran keadaan subyek dan obyek penelitian. Metode deskriptif kualitatif pada dasarnya memberikan gambaran mengenai kondisi dan kejaidan secara umum sebagai akumulasi dara dasar dan hasil penelitian. Metode deskriptif kualitatif yaitu analisis dengan pemaparan data – data dalam menyusun argument dan interpretasi dilakukan dengan alur berfikir deduktif dan induktif.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kurniawan.2010.Pernikahan Dini. file:///F:/STUDY%20KASUS%20ERLI/Apa%20Itu%20Pernikahan%20Dini%20%20%20%20GenBaGus.htm. Diakses pada tanggal 5 April 2014.Pukul 12.00

Haryanto, S.Pd. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. file:///F:/STUDY%20KASUS%20ERLI/KESEHATAN%20REPRODUKSI%20%20%20%20Pengertian%20Kesehatan%20Reproduksi%20Remaja.htm. Diakses pada tanggal 5 April 2014. Pukul 16.00



No comments:

Post a Comment

>